Welcome to La Pago ★ Heart of Papua ★ Voice of the Free Papua Central Highlands Region of Papua ★ Perjuangan Melawan Antara Tipu dan Benar, Benar Melawan Tipu".
Headlines News :

Butuh Rahma Azhari untuk Bekuk Filipina?

Indonesia kontra Fillipina, besok malam WIB, mengingatkan saya pada Rahma Azhari. Perempuan seronok yang kerapkali menciptakan gosip-gosip miring itu pernah membuat heboh di gelaran AFF Cup 2010. Ia dipergoki tengah asyik masyuk dengan pelatih Filipina Simon McMenemy dalam sebuah acara dugem.

Ujud keintiman adik Ayu Azhari dengan pria ber-KTP Inggris yang kala itu berusia 33 (lahir 6 Desember 1977) ini antara lain tergambar dalam foto berikut:
14168086671756453805
McMenemy memeluk Rahma Azhari. (sumber: catatanbola.com)
Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu McMenemy lengket pada Rahma, berfoto-foto, dan dugem pula. Konon bukan cuma sang pelatih. Sejumlah pemain — yang sebagian naturalisasi — juga turut dugem dan peluk-pangku wanita-wanita seksi di kelab malam tersebut, misalnya Phil Younghusband. Bule itu, konon, ditemani wanita seksi bernama Arumi seperti terlukis dalam foto ini:
14168087831430282855
Phil Younghusband dan Harumi. (sumber: catatanbola.com)
Syahdan, keberadaan sekelompok perempuan, termasuk Rahma Azhari, diutus oleh bandar judi untuk memenangkan Indonesia, seperti dipaparkan oleh sport.detik.comini. Namun, Manajer Tim Andi Darrusalam Tabusala membantahnya. “Kenal Rahma (Azhari) saja tidak,” dengus Andi.

Faktanya Filipina memang keok dalam dua partai semifinal di Gelora Bung Karno. Dalam dua leg, Indonesia unggul masing-masing 1-0, dua-duanya hasil genjotan Cristian Gonzales. Entah disengaja atau tidak, foto-foto mesra McMenemy-Rahma beredar 12 jam sesudah Filipina terjungkal, alias menegaskan bahwa pesta di tim berjuluk The Azkals tersebut digelar sebelum semifinal, dan kemungkinan besar mereka ‘kelelahan’ setelah menghirup aroma parfum wanita dan bau alkohol.

Mari kita kesampingkan adanya unsur kesengajaan lahirnya “teman tapi mesra” ini guna membekap Filipina. Anggap saja Rahma memang naksir berat pelatih ganteng itu, dan si pelatih pun terkesima memandang Rahma yang menggiurkan gaya maupun tutur kata.  Lalu terjadilah cinta satu malam. Maka, ketika Filipina yang diperkuat 8 pemain naturaliasi dari Belanda, Amerika Serikat, Jerman, Islandia, dan Inggris akhirnya menyerah dari Indonesia, ‘jasa’ Rahma Azhari patut diapresiasi.

Kalau kemudian ada sanggahan, “Loh, bukankah Timnas Indonesia saat itu memang hebat setelah mengalahkan Malaysia 5-1, Laos 6-0, dan Thailand 2-1 di babak grup? Wajar dong Filipina kalah lantaran cuma menang 2-0 atas Vietnam, imbang 1-1 lawan Singapura dan ditahan Myanmar 0-0!” Itu pun tidak keliru. Tapi jangan lupa, saat itu Timnas Indonesia mabuk pujian, diboyong kesana kemari dalam pusaran politik, makan-makan, mendapat bonus duit kontan yang diwadahi kotak mie instan, padahal baru lolos dari semifinal dan ada Malaysia yang menunggu di final! Euforia yang membuat tim kita menjadi kerdil karena dibonsai, dan kemudian diganyang Malaysia!

Belum menapak semifinal, kemudian bertemu Filipina yang barangkali saja mengusung dendam kesumat karena menanggung “tiga malu”: 2 kali dikalahkan Indonesia di Jakarta, plus ‘diusir’ dari Manila gara-gara stadionnya tak layak untuk pertandingan internasional (sehingga dua leg semifinal harus digelar di GBK), M Roby dan kawan-kawan patut was-was dan waspada. Lebih-lebih kali ini  negara berpenduduk 98.900.000 (2013) ini mengusung 20 pemain naturalisasi dari 10 negara, Spanyol, Italia, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Jerman, Jepang, Iran,  Belanda, dan Denmark.

Walhasil, skuad besutan pelatih Amerika Serikat Thomas Dooley ini bukan kesebelasan Filipina 2010. Situasi yang rawan bagi Indonesia mengingat dalam pertarungan perdana melawan Vietnam tampak benar bahwa tim ini kelelahan setelah mendayung kompetisi panjang di tlatah Liga Indonesia, sementara Filipina amat perkasa dengan menggilas Laos 4-1.

Menghadapi Vietnam yang gesit, para punggawa Merah Putih begitu kedodoran. Dua gol yang disarangkan Zulham Zamrun dan Samsul Arif pun, harus kita akui, berbau keberuntungan. Menantang Filipina, bila situasi dan performa Indonesia tak berubah, maka akan kalah. Dan apakah kita perlu kembali mengharap munculnya faktor nonteknis macam blusukan Rahma Azhari ke relung hati pelatih Thomas Dooley?

Itu rasanya mustahil. Selain karena pergelaran dihelat di Vietnam nun jauh, juga karena Thomas Dooley mungkin bukan pria hidung belang macam Simon McMenemy. Usia Dooley yang kini menapak 53 (kelahiran 5 Desember 1961) membuatnya fokus pada profesi yang dia geluti. Bandingkan dengan McMenemy yang berusia 33 saat meracik Timnas Filipina di AFF Cup 2010. Lagipula, sejumlah pemain Filipina yang dulu ikutan dugem dengan sang pelatih, macam Phil Younghusband itu, pasti kapok didekati wanita Indonesia, meski mereka artis hot sekalipun macam Rahma!

Namun, apapun, zonder faktor-faktor nonteknis, dengan kekuatan tim dan doa seluruh warga negara termasuk saya, semoga Timnas Indonesia memenangi partai ini, dan kemudian tinggal membekuk Laos untuk menjumput tiket semifinal, kemudian menjejak final, dan juara! Sebal rasanya sepakbola negeri ini keok melulu!
Share this post :