BENDERA BINTANG KEJORA BUKAN BENDERA BARU DI PBB

Bendera Bintang Kejora sudah tidak
asing lagi di seluruh dunia baik di nasional (Indonesia) maupun di tingkat
internasional (PBB). Bendera Bintang Kejora sering dikibarkan di kantor pusat
PBB di Amerika pada saat membahas masalah pelanggaran HAM. Hampir setiap tahun
Bendera Bintang Kejora dikibarkan di kantor pusat PBB.
Pada tahun 2011 lalu, Bendera
Bintang Kejora dikibarkan di kantor PBB untuk membahas masalah pelanggaran HAM
di Papua. Dalam pembahasan itu, banyak Negara ikut memprihatikan bagi kehidupan
orang Papua di atas tanah Papua. Keprihatinan itu terjadi ketika PBB mengemukakan
banyak pelanggaran HAM yang terjadi di Negara Indonesia seperti di tanah Papua.
Pihak PBB dan perwakilan setiap Negara yang hadir pada saat itu sudah mengetahui dan mengenal baik situasi
Papua yang sebenarnya, siapa pelaku utama pelanggaran HAM ?? dan bagimana
sejarah Papua yang sebenarnya ?
Setelah membahas pelanggaran HAM
di Papua itu, salah satu anggota yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan,
hari demi hari orang Papua mati akibat ketidakadilan Negara Indonesia, Negara
Indonesia bersama kekuatan militer memperkosa alam Papua dan manusia Papua.
Selain itu dia juga mengatakan,
pihak PBB dan Indonesia segera mengungkapkan pengakuan tehadap bangsa Papua
karena bangsa Papua sudah jelas artinya mereka berjuang berdasarkan sejarah
PEPERA 1969.
PEPERA ini telah menipu bangsa Papua
Barat hanya karena mencari kepentingan antara beberapa Negara saja. Di atas penipuan
itu juga, Negara Indonesia(militer) melakukan pelanggaran HAM terhadap orang Papua sudah mencapai ribuan
jiwa. Negara Indonesia sampai saat ini belum mampu mengungkapkan siapa pelaku
yang sebenarnya? Mungkin saja Negara sengaja mengkelabui pelaku kerana pelanggaran
HAM adalah suatu sistem atau program ter-rencana dari Negara untuk menjajah
bangsa Papua. Katanya.
Pada belakangan ini, dunia
mempertanyakan atas komentar dari Negara Indonesia terhadap pemerintahan
Australia saat Bendera Bintang Kejora berkibar di depan tokoh kosmotik, Lush di Mal Garden City, Perth, Australia. kompasiana.com. tabloidjubi.com. TRIBUNNEWS.COM
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia mempertanyakan
komitmen Pemerintah Australia untuk membantu Indonesia dalam menyelesaikan
masalah kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). "Harusnya
komitmen itu tetap dijaga," kata Eris saat dihubungi ROL, Rabu (23/8).
Donatus B. Mote sebagai mahasiswa peduli HAM mengatakan,
walaupun pemerintah Indonesia sudah berkomitmen dengan pemerintahan Australia,
tentu saja komitmen itu bisa berubah ketika melihat realitas kehidupan manusia
di dunia yang sangat merugikan itu. Seperti apa yang sudah dan sedang dialami
oleh manusia Papua di atas tanah Papua. Negara Indonesia telah merugikan wagra Negara
(orang Papua) dan kandungan alam.
Dengan melihat pelanggaran HAM yang berat di Papua itu, negara-negara
luar mulai berkompanye untuk mendukung Papua Merdeka. seperti, Negara Australia
mulai kibarkan Bendera Bintang Kejora di salah satu tokoh kosmetik pada kamis,
23 Agustus 2012
Megan Taylor,
manager kampanye Lush, mengatakan kepada Radio Australia, perjuangan
kemerdekaan Papua sejalan dengan falsafah etis perusahaan tersebut, yang
sebelumnya pernah berkampanye mendukung hak binatang dan pernikahan gay.
"Dari semua
kampanye yang telah kami melakukan, mungkin ini membutuhkan pamflet informasi
karena tidak banyak orang tahu tentang perjuangan kemerdekaan Papua", kata
Taylor.
Dosen senior
Universitas Victoria dan pakar regional, Richard Chauvel, mengatakan, kampanye
Lush itu adalah kampanye komersial pertama di Australia mendukung kemerdekaan
Papua.
Entah cepat atau
lambat Papua pasti akan merdeka, sejarah Papua akan membawah pada titik
kemerdekaan. Semua ketidakadilan Negara, ketidakjujuran, pemerkosaan,
penganiayaan, pengisiran, penangkapan dan pembunuhan terhadap orang Papua pasti
akan membawah pada titik keadailan, kejujuran, kedamaian dan kemerdekaan di
atas bangsa untuk berkarya ikut menyempurkan semua ciptaan Tuhan dengan bebas
dan dengan damai oleh manusia. (ac. Bidaipouga Mote)