Welcome to La Pago ★ Heart of Papua ★ Voice of the Free Papua Central Highlands Region of Papua ★ Perjuangan Melawan Antara Tipu dan Benar, Benar Melawan Tipu".
Headlines News :
Home » , » “Peradaban Islam” – Kebohongan Terbesar Yang Diketahui Umat Manusia

“Peradaban Islam” – Kebohongan Terbesar Yang Diketahui Umat Manusia

“Peradaban Islam” – Kebohongan Terbesar Yang Diketahui Umat Manusia

Warisan sejati dari kebohongan yang dinamakan “peradaban Islam” eksis di satu tempat dan hanya ditemukan di satu tempat: yaitu dalam Qur’an. Tak pernah ada yang disebut sebagai peradaban Islam. Yang dilakukan oleh orang-orang Muslim adalah menghancurkan peradaban lain yang sudah eksis sebelum mereka. Mereka, yaitu orang-orang Muslim, punya gol untuk menghapuskan identitas asli dari masyarakat seperti itu. Mereka menggantikan intelektual manusia dengan Quran; sebuah kitab yang berisi kisah mengenai orang-orang Kristen dan Yahudi di separuh isi pertama dan menyerukan kutukan atas mereka, menghancurkan dan membunuh mereka di separuh isi kedua.
 

Sumber: annaqed.com
Saya dapat mengatakan dengan yakin bahwa satu-satunya peradaban yang dikaitkan dengan agama adalah yang disebut dengan “peradaban Islam”. Peradaban-peradaban lainnya tidak mendasarkan diri mereka pada agama. Kita tidak pernah mendengar istilah “peradaban Kristen”, “peradaban Yahudi” atau “peradaban Budha”.  

Ketika saya belajar di sekolah-sekolah Arab, saya mempelajari sebuah modul atau unit kurikulum yang diberi nama “peradaban Islam”. Modul ini diajarkan oleh seorang imam Salafiah. Seluruh kurikulumnya adalah sebuah biografi dari kelompok-kelompok Salafiah “Ahlus Sunna”; sebuah kelompok yang ingin mengikuti apa yang dikerjakan oleh Muhammad dan orang-orang Muslim awal. Semua yang kami pelajari adalah “Sebagaimana yang dikatakan…” dan “Syariah memerintahkan kita untuk melakukan ini dan itu …”. Seluruh kurikulum didisain untuk melakukan “cuci otak Islami”. Imam yang menjadi instruktur tak pernah tersenyum ketika mengajarkan topik-topik yang tak ada kaitannya dengan peradaban. Bagi saya, kelas ini adalah “tali pecut yang melukai punggung unta” yang kemudian menyebabkanku pergi dan menyelesaikan studiku di negeri orang-orang kafir.
Kelas yang saya ikuti dengan imam ini tak lebih dari sebuah penghinaan terhadap intelektual saya. Pelajarannya dipenuhi dengan omong kosong mengenai Islam dengan sejumlah keyakinan-keyakinan yang diwariskan dari orang-orang Yahudi dan Kristen. 

Siapakah sang jenius yang melontarkan istilah “peradaban Islami”?
Tapi tunggu sebentar…!
Mereka yang melontarkan istilah “peradaban Islam” sesungguhnya berbicara mengenai tujuh abad sebelum kekaisaran Ottoman muncul di pentas dunia. Kita dilarang berbicara mengenai “Zaman Turki” karena itu adalah zaman Turki dan bukan zaman peradaban Islam. Yang saya bicarakan disini adalah mengenai tujuh abad ketika negeri Muslim mengalami “zaman keemasannya”.
Kini, peradaban-peradaban yang lebih besar di masa lampau telah meninggalkan pencapaian-pencapaian yang dapat kita saksikan. Orang Roma melakukannya. Demikian juga dengan orang Yunani, Maya, dan orang-orang Cina. Peradaban Mesir yang besar telah meninggalkan pada kita Piramid – salah satu bukti nyata akan pencapaian mereka.
Dimanakah bukti peradaban Muslim? Apakah Masjid Ummaya yang ada di Damaskus? Itu tak lain adalah bekas sebuah gereja Kristen yang dirampas oleh orang-orang Muslim dan merubahnya menjadi masjid, hanya untuk membuat orang-orang Kristen menjadi jengkel dan membuat hidup mereka menjadi tidak senyaman mungkin.
Peradaban-peradaban kuno punya pencapaian terbesar mereka. Bagi orang-orang Muslim, inilah wilayah Mekah dan Medina. Tapi tak ada pencapaian di sana. Yang ada hanyalah sebuah batu hitam dari zaman pra-Islam yang dibungkus dengan kubus dari tanah liat. Tak ada yang layak disebut sebagai pencapaian yang dapat ditemukan di Mekah atau Medina. Bahkan di wilayah-wilayah lainnya, orang-orang Muslim tidak membuat pencapaian apapun. Sebagai contoh adalah Spanyol, orang Muslim merampas bangunan-bangunan secara paksa dari penduduk asli, kemudian tinggal di sana, tidak mendapatkan sambutan yang hangat, hingga penduduk asli punya cukup kekuatan untuk menyingkirkan orang-orang Muslim itu. Bukankah orang-orang Muslim telah ditendang keluar dari Spanyol, itulah sebabnya yang kita miliki sekarang adalah Kandahar bukan Marbella, Waziristan bukan Mallorca, dan Mogadishu bukan Barcelona.
Hagia Sofia – Bekas Gereja Katedral yang dirubah menjadi masjid. Pada tahun 1435 M, saat Dinasti Ustmaniyah berhasil menaklukkan Konstantinopel di bawah kepemimpinan Mohammad Al fatih. Kemudian gereja katedral itu dialihfungsikan menjadi masjid kerajaan, yang disebut dengan masjid Aya Sofia.

Betapa indahnya engkau, pikiranku, ketika engkau berada di lingkungan yang tepat!
Terimakah karena saya boleh belajar di negeri-negeri orang kafir, sebab di sana pikiranku dapat berkembang secara sehat dan sanggup untuk berpikir secara kritis. Sebagai perbandingan, pendidikan di negara-negara Muslim hanyalah sebuah indoktrinasi.
Sebagai contoh pencurian intelektual yang dilakukan Muslim adalah ketika mereka mengklaim bahwa merekalah penemu konsep “nol”, dan mengatakan tanpa itu maka komputer akan menjadi sesuatu yang mustahil.
Ini adalah sebuah dusta, sebab konsep nol berasal dari orang-orang India. Hal yang sama bisa diaplikasikan pada penomoran “Arab” yang sebenarnya berasal dari Babilonia.

Orang Muslim suka mengajarkan separuh kebenaran.
Orang Muslim mengklaim bahwa mereka telah menerjemahkan karya-karya Sokrates, Aristoteles dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Mereka juga mengklaim bahwa tanpa penerjemahan yang mereka lakukan terhadap peradaban asli Eropa, maka peradaban itu telah hilang saat ini.
Pendapat ini sama sekali tidak akurat.

Benar, penerjemahan itu dilakukan di negeri-negeri yang didominasi oleh orang-orang Muslim, seperti misalnya di Irak. Tapi bukan orang Muslim yang mengerjakan terjemahan itu. Yang melakukannya adalah orang-orang Kristen Assyria. Pada waktu itu, kebetulan sang Kalifah adalah seorang yang pengampun dan ia sendiri sesungguhnya tidak menjadi pengikut Islam yang sejati (secara filosofis dan logis dianggap sebagai bidat dalam Islam), namun untungnya sang Sultan sendiri adalah seorang pengikut bidat dan mengijinkan dilakukannya penerjemahan-penerjemahan seperti itu.

Istilah yang pas adalah “primitivisme Islam”
Agama Islam adalah sebuah budaya invasif Arab yang selalu berusaha untuk menghancurkan dan telah menghancurkan banyak kebudayaan-kebudayaan penduduk asli. Satu-satunya alasan mengapa Piramid Giza di Mesir masih berdiri hari ini adalah sebab ketika Muslim mengambil alih Mesir dan memerintah orang Kristen Koptik yang adalah penduduk asli, mereka belum memiliki pengetahuan untuk membuat bom dan bahan-bahan peledak sehingga mereka tak dapat menghancurkannya. 

Hal yang berbeda terjadi terhadap patung-patung raksasa Budha di Afghanistan, yang sudah berusia 2500 tahun. Ketika orang Muslim sudah tahu bagaimana membuat bom, mereka pun kemudian menghancurkannya sambil menyerukan “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Dunia yang beradab menonton televisi seolah-olah melihat film horror ketika peristiwa penghancuran patung-patung itu ditayangkan. 

Di India ada 3 ribu kuil Hindu yang dirubah menjadi masjid, dan konsekuensi atas aksi-aksi itu masih eksis hingga hari ini:
Penduduk asli India sub-kontinen hidup bersama dalam harmoni hingga orang-orang Muslim muncul di permukaan dan dengan terang-terangan merubah kuil-kuil Hindu menjadi masjid. Bersamaan dengan kedatangan Muslim, maka perang pun terjadi di India dan hal ini menyebabkan terbaginya India menjadi 2 negara: salah satu menjadi negara demokrasi terbesar di dunia (India modern), dan satunya lagi menjadi rumah terbesar di dunia sebagai tempat berlindung para teroris Muslim (Pakistan).

Islam dan Pengobatan
Pada masa kini, orang akan merasa mual dan dapat terkena sakit kepala migraine ketika mendengar pengakuan Muslim bahwa Islam memberi kontribusi besar terhadap dunia pengobatan pada zaman ‘keemasannya’. Ini hanya sebuah omong kosong.
Selama dinasti Abbasid, Kalifah (Sultan) bukanlah seorang pengikut Islam. Sebaliknya ia adalah seorang peminum alkohol berat dan menghabiskan banyak waktu untuk bersenang-senang dengan pelayan-pelayannya yang cantik. 

Faktanya beberapa orang penguasa Abbasid yang terpengaruh ajaran bidatlah yang mengijinkan hasil karya non-Islam dapat diterjemahkan.
Untuk bidang pengobatan, orang Kristen Assyiria yang memajukan bidang ini. Orang Muslim mencoba menipu dunia dengan mengatakan itu adalah hasil karya mereka. Beberapa dari orang-orang Kristen itu “diislamkan” baik lewat ancaman akan dimiskinkan atau melalui pedang. “Jizya” adalah pajak yang berat dan untuk mendapatkan perlindungan dari orang-orang Muslim. Jadi tak heran jika beberapa dari orang-orang Kristen itu berhasil diislamkan. Pada masa kini, praktik ini tak ada bedanya dengan gaya operasi seorang mafia. Ini juga yang terjadi di Mesir. Seorang pria Koptik akan mengumumkan bahwa ia adalah seorang Muslim supaya ia dapat menikahi seorang gadis Muslim yang ia cintai. Di kemudian hari, ia akan merasa menyesal melakukan hal itu, tapi sudah sangat terlambat. Sistem pengadilan tidak mengijinkannya untuk kembali ke iman Kristen-nya.

Islamisasi yang dipaksakan terhadap para ilmuwan
Muslim membangga-banggakan Al-Razi (Persia), Ibn Sina (Persia), Al-Bironi (Persian), Abu Hamid al-Ghazali (Persian), Al-Farabi (sekarang dikenal sebagai Kazakhstan), Al-Khuwarizmi (Uzbekistan), Al-Bukhari, Al-Tirmidhi, Al-Sijistani, Bashar ibn Burd, Abu Nawas, Abu Hanifa, Taftazani, Abu Faraj Isfahani, Ibn Al-Roumi, Ibn Bakhtaishou’, Haneen ibn Ishaq, Al-Rumi,  dan sebagainya…
Orang Muslim sedemikian bangga dengan orang-orang itu, seolah-olah mereka adalah sepupunya Muhammad, Nabi mereka; atau seolah-olah mereka itu adalah keturunan suku Quraish. Bahkan orang-orang itu bukanlah orang-orang Arab. Yang terjadi adalah, ketika para penginvasi Muslim Arab masuk ke dalam masyarakat lain, mereka melakukan 2 hal:
  • Menghancurkan budaya dan ilmu pengetahuan dari penduduk asli
  • Mengislamkan orang yang bisa mereka Islamkan, yaitu dengan ancaman pedang (atau dengan kekuatan pajak melalui jizya). Mengertikah anda sekarang?

Sebagai kesimpulan
Warisan sejati dari kebohongan yang dinamakan “peradaban Islam” eksis di satu tempat dan hanya di satu tempat: yaitu Qur’an. Tak pernah ada yang disebut sebagai peradaban Islam. Yang dilakukan oleh orang-orang Muslim adalah menghancurkan peradaban lain yang sudah eksis sebelum mereka. Mereka, yaitu orang-orang Muslim, punya gol untuk menghapuskan identitas asli dari masyarakat seperti itu. Mereka menggantikan intelektual manusia dengan Quran; sebuah kitab yang berisi kisah mengenai orang-orang Kristen dan Yahudi di separuh isi pertama, dan menyerukan kutukan atas mereka, menghancurkan dan membunuh mereka di separuh isi kedua. Sebagai tambahan untuk menaikkan status Muhammad. 

Inilah yang disebut peradaban Islam yang disumbangkan untuk dunia. Jadi, tak ada seorang pun yang bisa menolongnya kecuali menertawakannya ketika ada orang yang menyebut “peradaban Islam”.
Share this post :