“Peradaban Islam” – Kebohongan Terbesar Yang Diketahui Umat Manusia
Warisan
sejati dari kebohongan yang dinamakan “peradaban Islam” eksis di satu
tempat dan hanya ditemukan di satu tempat: yaitu dalam Qur’an. Tak
pernah ada yang disebut sebagai peradaban Islam. Yang dilakukan oleh
orang-orang Muslim adalah menghancurkan peradaban lain yang sudah eksis
sebelum mereka. Mereka, yaitu orang-orang Muslim, punya gol untuk
menghapuskan identitas asli dari masyarakat seperti itu. Mereka
menggantikan intelektual manusia dengan Quran; sebuah kitab yang berisi
kisah mengenai orang-orang Kristen dan Yahudi di separuh isi pertama dan
menyerukan kutukan atas mereka, menghancurkan dan membunuh mereka di
separuh isi kedua.
Sumber: annaqed.com
Saya
dapat mengatakan dengan yakin bahwa satu-satunya peradaban yang
dikaitkan dengan agama adalah yang disebut dengan “peradaban Islam”.
Peradaban-peradaban lainnya tidak mendasarkan diri mereka pada agama.
Kita tidak pernah mendengar istilah “peradaban Kristen”, “peradaban
Yahudi” atau “peradaban Budha”.
Ketika
saya belajar di sekolah-sekolah Arab, saya mempelajari sebuah modul
atau unit kurikulum yang diberi nama “peradaban Islam”. Modul ini
diajarkan oleh seorang imam Salafiah. Seluruh kurikulumnya adalah sebuah
biografi dari kelompok-kelompok Salafiah “Ahlus Sunna”; sebuah kelompok
yang ingin mengikuti apa yang dikerjakan oleh Muhammad dan orang-orang
Muslim awal. Semua yang kami pelajari adalah “Sebagaimana yang
dikatakan…” dan “Syariah memerintahkan kita untuk melakukan ini dan itu
…”. Seluruh kurikulum didisain untuk melakukan “cuci otak Islami”. Imam
yang menjadi instruktur tak pernah tersenyum ketika mengajarkan
topik-topik yang tak ada kaitannya dengan peradaban. Bagi saya, kelas
ini adalah “tali pecut yang melukai punggung unta” yang kemudian
menyebabkanku pergi dan menyelesaikan studiku di negeri orang-orang
kafir.
Kelas
yang saya ikuti dengan imam ini tak lebih dari sebuah penghinaan
terhadap intelektual saya. Pelajarannya dipenuhi dengan omong kosong
mengenai Islam dengan sejumlah keyakinan-keyakinan yang diwariskan dari
orang-orang Yahudi dan Kristen.
Siapakah sang jenius yang melontarkan istilah “peradaban Islami”?
Tapi tunggu sebentar…!
Mereka
yang melontarkan istilah “peradaban Islam” sesungguhnya berbicara
mengenai tujuh abad sebelum kekaisaran Ottoman muncul di pentas dunia.
Kita dilarang berbicara mengenai “Zaman Turki” karena itu adalah zaman
Turki dan bukan zaman peradaban Islam. Yang saya bicarakan disini adalah
mengenai tujuh abad ketika negeri Muslim mengalami “zaman keemasannya”.
Kini,
peradaban-peradaban yang lebih besar di masa lampau telah meninggalkan
pencapaian-pencapaian yang dapat kita saksikan. Orang Roma melakukannya.
Demikian juga dengan orang Yunani, Maya, dan orang-orang Cina.
Peradaban Mesir yang besar telah meninggalkan pada kita Piramid – salah
satu bukti nyata akan pencapaian mereka.
Dimanakah
bukti peradaban Muslim? Apakah Masjid Ummaya yang ada di Damaskus? Itu
tak lain adalah bekas sebuah gereja Kristen yang dirampas oleh
orang-orang Muslim dan merubahnya menjadi masjid, hanya untuk membuat
orang-orang Kristen menjadi jengkel dan membuat hidup mereka menjadi
tidak senyaman mungkin.
Peradaban-peradaban
kuno punya pencapaian terbesar mereka. Bagi orang-orang Muslim, inilah
wilayah Mekah dan Medina. Tapi tak ada pencapaian di sana. Yang ada
hanyalah sebuah batu hitam dari zaman pra-Islam yang dibungkus dengan
kubus dari tanah liat. Tak ada yang layak disebut sebagai pencapaian
yang dapat ditemukan di Mekah atau Medina. Bahkan di wilayah-wilayah
lainnya, orang-orang Muslim tidak membuat pencapaian apapun. Sebagai
contoh adalah Spanyol, orang Muslim merampas bangunan-bangunan secara
paksa dari penduduk asli, kemudian tinggal di sana, tidak mendapatkan
sambutan yang hangat, hingga penduduk asli punya cukup kekuatan untuk
menyingkirkan orang-orang Muslim itu. Bukankah orang-orang Muslim telah
ditendang keluar dari Spanyol, itulah sebabnya yang kita miliki sekarang
adalah Kandahar bukan Marbella, Waziristan bukan Mallorca, dan
Mogadishu bukan Barcelona.
Hagia
Sofia – Bekas Gereja Katedral yang dirubah menjadi masjid. Pada tahun
1435 M, saat Dinasti Ustmaniyah berhasil menaklukkan Konstantinopel di
bawah kepemimpinan Mohammad Al fatih. Kemudian gereja katedral itu
dialihfungsikan menjadi masjid kerajaan, yang disebut dengan masjid Aya
Sofia.
Betapa indahnya engkau, pikiranku, ketika engkau berada di lingkungan yang tepat!
Terimakah
karena saya boleh belajar di negeri-negeri orang kafir, sebab di sana
pikiranku dapat berkembang secara sehat dan sanggup untuk berpikir
secara kritis. Sebagai perbandingan, pendidikan di negara-negara Muslim
hanyalah sebuah indoktrinasi.
Sebagai
contoh pencurian intelektual yang dilakukan Muslim adalah ketika mereka
mengklaim bahwa merekalah penemu konsep “nol”, dan mengatakan tanpa itu
maka komputer akan menjadi sesuatu yang mustahil.
Ini
adalah sebuah dusta, sebab konsep nol berasal dari orang-orang India.
Hal yang sama bisa diaplikasikan pada penomoran “Arab” yang sebenarnya
berasal dari Babilonia.
Orang Muslim suka mengajarkan separuh kebenaran.
Orang
Muslim mengklaim bahwa mereka telah menerjemahkan karya-karya Sokrates,
Aristoteles dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Mereka juga mengklaim
bahwa tanpa penerjemahan yang mereka lakukan terhadap peradaban asli
Eropa, maka peradaban itu telah hilang saat ini.
Pendapat ini sama sekali tidak akurat.
Benar,
penerjemahan itu dilakukan di negeri-negeri yang didominasi oleh
orang-orang Muslim, seperti misalnya di Irak. Tapi bukan orang Muslim
yang mengerjakan terjemahan itu. Yang melakukannya adalah orang-orang
Kristen Assyria. Pada waktu itu, kebetulan sang Kalifah adalah seorang
yang pengampun dan ia sendiri sesungguhnya tidak menjadi pengikut Islam
yang sejati (secara filosofis dan logis dianggap sebagai bidat dalam
Islam), namun untungnya sang Sultan sendiri adalah seorang pengikut
bidat dan mengijinkan dilakukannya penerjemahan-penerjemahan seperti
itu.
Istilah yang pas adalah “primitivisme Islam”
Agama
Islam adalah sebuah budaya invasif Arab yang selalu berusaha untuk
menghancurkan dan telah menghancurkan banyak kebudayaan-kebudayaan
penduduk asli. Satu-satunya alasan mengapa Piramid Giza di Mesir masih
berdiri hari ini adalah sebab ketika Muslim mengambil alih Mesir dan
memerintah orang Kristen Koptik yang adalah penduduk asli, mereka belum
memiliki pengetahuan untuk membuat bom dan bahan-bahan peledak sehingga
mereka tak dapat menghancurkannya.
Hal
yang berbeda terjadi terhadap patung-patung raksasa Budha di
Afghanistan, yang sudah berusia 2500 tahun. Ketika orang Muslim sudah
tahu bagaimana membuat bom, mereka pun kemudian menghancurkannya sambil
menyerukan “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Dunia yang beradab
menonton televisi seolah-olah melihat film horror ketika peristiwa
penghancuran patung-patung itu ditayangkan.
Di India ada 3 ribu kuil Hindu yang dirubah menjadi masjid, dan konsekuensi atas aksi-aksi itu masih eksis hingga hari ini:
Penduduk
asli India sub-kontinen hidup bersama dalam harmoni hingga orang-orang
Muslim muncul di permukaan dan dengan terang-terangan merubah kuil-kuil
Hindu menjadi masjid. Bersamaan dengan kedatangan Muslim, maka perang
pun terjadi di India dan hal ini menyebabkan terbaginya India menjadi 2
negara: salah satu menjadi negara demokrasi terbesar di dunia (India
modern), dan satunya lagi menjadi rumah terbesar di dunia sebagai tempat
berlindung para teroris Muslim (Pakistan).
Islam dan Pengobatan
Pada
masa kini, orang akan merasa mual dan dapat terkena sakit kepala
migraine ketika mendengar pengakuan Muslim bahwa Islam memberi
kontribusi besar terhadap dunia pengobatan pada zaman ‘keemasannya’. Ini
hanya sebuah omong kosong.
Selama
dinasti Abbasid, Kalifah (Sultan) bukanlah seorang pengikut Islam.
Sebaliknya ia adalah seorang peminum alkohol berat dan menghabiskan
banyak waktu untuk bersenang-senang dengan pelayan-pelayannya yang
cantik.
Faktanya
beberapa orang penguasa Abbasid yang terpengaruh ajaran bidatlah yang
mengijinkan hasil karya non-Islam dapat diterjemahkan.
Untuk
bidang pengobatan, orang Kristen Assyiria yang memajukan bidang ini.
Orang Muslim mencoba menipu dunia dengan mengatakan itu adalah hasil
karya mereka. Beberapa dari orang-orang Kristen itu “diislamkan” baik
lewat ancaman akan dimiskinkan atau melalui pedang. “Jizya” adalah pajak
yang berat dan untuk mendapatkan perlindungan dari orang-orang Muslim.
Jadi tak heran jika beberapa dari orang-orang Kristen itu berhasil
diislamkan. Pada masa kini, praktik ini tak ada bedanya dengan gaya
operasi seorang mafia. Ini juga yang terjadi di Mesir. Seorang pria
Koptik akan mengumumkan bahwa ia adalah seorang Muslim supaya ia dapat
menikahi seorang gadis Muslim yang ia cintai. Di kemudian hari, ia akan
merasa menyesal melakukan hal itu, tapi sudah sangat terlambat. Sistem
pengadilan tidak mengijinkannya untuk kembali ke iman Kristen-nya.
Islamisasi yang dipaksakan terhadap para ilmuwan
Muslim
membangga-banggakan Al-Razi (Persia), Ibn Sina (Persia), Al-Bironi
(Persian), Abu Hamid al-Ghazali (Persian), Al-Farabi (sekarang dikenal
sebagai Kazakhstan), Al-Khuwarizmi (Uzbekistan), Al-Bukhari,
Al-Tirmidhi, Al-Sijistani, Bashar ibn Burd, Abu Nawas, Abu Hanifa,
Taftazani, Abu Faraj Isfahani, Ibn Al-Roumi, Ibn Bakhtaishou’, Haneen
ibn Ishaq, Al-Rumi, dan sebagainya…
Orang
Muslim sedemikian bangga dengan orang-orang itu, seolah-olah mereka
adalah sepupunya Muhammad, Nabi mereka; atau seolah-olah mereka itu
adalah keturunan suku Quraish. Bahkan orang-orang itu bukanlah
orang-orang Arab. Yang terjadi adalah, ketika para penginvasi Muslim
Arab masuk ke dalam masyarakat lain, mereka melakukan 2 hal:
- Menghancurkan budaya dan ilmu pengetahuan dari penduduk asli
- Mengislamkan orang yang bisa mereka Islamkan, yaitu dengan ancaman pedang (atau dengan kekuatan pajak melalui jizya). Mengertikah anda sekarang?
Sebagai kesimpulan
Warisan
sejati dari kebohongan yang dinamakan “peradaban Islam” eksis di satu
tempat dan hanya di satu tempat: yaitu Qur’an. Tak pernah ada yang
disebut sebagai peradaban Islam. Yang dilakukan oleh orang-orang Muslim
adalah menghancurkan peradaban lain yang sudah eksis sebelum mereka.
Mereka, yaitu orang-orang Muslim, punya gol untuk menghapuskan identitas
asli dari masyarakat seperti itu. Mereka menggantikan intelektual
manusia dengan Quran; sebuah kitab yang berisi kisah mengenai
orang-orang Kristen dan Yahudi di separuh isi pertama, dan menyerukan
kutukan atas mereka, menghancurkan dan membunuh mereka di separuh isi
kedua. Sebagai tambahan untuk menaikkan status Muhammad.
Inilah
yang disebut peradaban Islam yang disumbangkan untuk dunia. Jadi, tak
ada seorang pun yang bisa menolongnya kecuali menertawakannya ketika ada
orang yang menyebut “peradaban Islam”.