2013, Media Australia Membocorkan
2700 anak – anak papua di bawa ke pesantren Jakarta
Oleh : Michael Bachelard di Smh.com.au melaporkan
![]() |
Anak2 papua di pesantren jakarta |
Anak-anak Papua sementara dibawa
dari Papua ke sekolah-sekolah Islam di Jawa untuk “dididik kembali”, tulis
Michael Bachelard.
Johanes
Lokobal duduk di atas rumput yang menjadi alas dari lantai kayu rumah kecilnya
yang hanya terdiri atas satu ruangan. Dia menghangatkan tangannya pada perapian
yang terletak di tengah ruangan. Sementara itu dari waktu ke waktu seekor babi,
tidak tampak karena berada di ruangan sebelah, menjerit dan membentur-benturkan
tubuhnya dengan keras ke dinding rumah.
Kampung
Megapura yang terletak di tengah pegunungan di provinsi paling timur Indonesia
yaitu papua barat merupakan kampung yang sangat terpencil sehingga penyedian
barang-barang hanya dapat dilakukan melalui perjalanan udara atau dengan
berjalan kaki. Johanes Lokobal telah tinggal di sana sepanjang hidupnya.
Dia tidak
tahu dengan tepat berapa usianya, “Tua saja” katanya dengan suara parau. Ia juga
miskin. “Saya bekerja di kebun. Pendapatan saya kira-kira Rp. 20.000 per hari.
Saya juga membersihkan halaman sekolah.” Tetapi di kehidupannya yang sudah
berat, terjadi kemalangan yang paling menyakiti dia. Pada tahun 2005, putra
tunggalnya, Yope, dibawa pergi ke Jakarta. Lokobal tidak ingin Yope pergi. Anak
itu masih berumur sekitar 14 tahun, tapi dia berbadan besar dan kuat, seorang
pekerja yang baik.
Namun
orang-orang itu tetap membawa dia pergi. Beberapa tahun kemudian, Yope
meninggal. Tidak ada yang bisa mengatakan kepada Lokobal bagaimana atau kapan
tepatnya anaknya meninggal, dan dia juga tidak tahu di mana anaknya dimakamkan.
Yang dia tahu secara pasti adalah, bahwa hal ini tidak seharusnya terjadi.
![]() |
anak2 papua pesantren jakarta |
Para
pemisi terselubung menguraikan Sekitar 1400
anak-ana Generasi Muslim Nuu Waark Papua disekolahkan secara cuma-cuma alias gratis.
Awalnya dimasukkan ke berbagai pesantren di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi,
kemudian menempuh jenjang perguruan tinggi, dalam dan luar negeri. Ratusan di
antaranya tengah menempuh jenjang S-1, dan sudah 29 orang yang meraih gelar S-2
Untuk
membawa anak-anak Papua belajar ke Jakarta, Sumatera, dan Surabaya, AFKN
menjalin hubungan kerjasama dengan stakeholder pimpinan pesantren, rektorat,
pimpinan yayasan hingga Baitul Mal wa Tamwil. Bahkan pendekatan secara pribadi
dengan mereka yang memiliki kepedulian dengan perjuangan AFKN mengangkat harkat
dan martabat masyarakat Muslim Papua.
Di
antara dermawan, ada yang bersedia menjadi ayah angkat, dan membiayai hidup
mereka selama belajar di pesantren atau kampus, tempat anak-anak Papua menuntut
ilmu. Adapun anak-anak Papua yang datang ke kota besar tersebut, berasal dari
kabupaten yang berbeda. Ada dari Kaimana, Fakfak, Bintuni, Raja Ampat, Wamena,
Sorong, Nabire, dan wilayah Papua lainnya.
![]() |
Kegiatan Islamisasi Papua |
Setidaknya
ada 11 anak (Putra-putri) Muslim Papua yang mendapatkan kesempatan belajar di
Univesitas Indonusa Unggul, sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta.
Mereka adalah Muksin Patipi, Yusuf Sayop, Usman Iba, Siti Adia Akatian, Siti
Woretma, Fitria Patiran, Siti Rahayu Gwas Gwas, Hajija Rumakabes (semua dari
Fakfak), Eric Arta Saiyof (Sorong), Nasir Tonoi (Bintuni), Yahya Boimasa
(Kaimana). Selain di Kampus Indonusa Unggul, sejumlah mahasiswa asal Papua juga
mendapatkan beasiswa di Kampus Universitas Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan,
Ciputat, salah seorang mahasiswanya adalah Muhammad Mudzakkir Asso yang baru
saja meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Bagimana
Reaksi gereja Papua Atas Misi Islamisasi Papua?
Tanah
yang damai, Tanah diberkati Tuhan, Tanah Pilihan Tuhan dan Lainnya menjadi
slogan orang Kristen di papua benar-benar di injak dan di bungkam, kenyataan
ini apakah kita berdiam diri ataukah mengambil langkah strategis untuk
menghentikan semua program terselubung ini.
Kanapa
para pimpinan gereja di papua hanya diam saja, apakah ini bukan menjadi ancaman
generasi Kristen di papua?
Kami
berharap Gereja-Gereja di papua harus bertindak dan melakukan berbagai upaya
untuk mencegah islamisasi di papua.
Penulis : Turius wenda ( www.twitter.com/TuriusWenda)
Ketua Forum Gerakan Pemuda Baptis Papua
(FGBP)