Aliansi Mahasiswa Papua |
Sebelum melihat kehadiran
militer dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penulis ingin
menjelaskan beberapa pengetian kata dasar yaitu Sistem, Pendidikan, dan
Militer.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kata sistem berasal
dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti cara atau strategi.
Dalam bahasa Inggris, sistem berarti system, jaringan, susunan, cara.
Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi atau cara berpikir.
Kata
Pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk
melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para
pelajar dapat secara aktif memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.
Kata
Militer adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI), organisasinya yang
merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga dan mengamankan
kedaulatan negara.
***
Di beberapa pelosok pedalaman
Papua, di sana ada beberapa personil TNI dan Kepolisian Republik
Indonesia (Polri) yang sedang mengajar di beberapa daerah, misalnya
di pesisir pantai Papua, yaitu di Biak bagian kampung, dan di
pegunungan Papua yaitu di kabupaten Puncak Jaya.
Beberapa orang
Papua memandang bahwa tidak salah, jikalau TNI dan Polri mengajar di
tanah Papua. Karena tiap tahun walaupun ratusan bahkan ribuan mahasiswa
yang menyelesaikan pendidikan di jenjang studi S1, S2 dan S3.
Semua
mahasiswa Papua maunya mencari kepentingan dan kesejahteraan pribadi
dengan tidak menjadi guru. Padahal, guru sangat dibutuhkan dibandung
profesi lain di Papua.
Memang sangat benar faktanya bahwa banyak
mahasiswa Papua yang sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi
sudah malas untuk mengajar di tanah airnya sendiri. Tetapi jika
dilihat dampak dan efeknya, sangat membahayakan, bila generasi muda
Papua yang berpendidikan tidak kembali perhatikan PAUD.
Bayangkan
bila PAUD di Papua ditangani militer seperti sekarang. Bagi anak-anak,
apa yang mereka lihat mereka perbuat langsung. Maka pada dasarnya harus
ditanamkan dengan sistem pendidikan yang ada agar anak usia dini tidak
terpengaruh oleh sistem militerisme.
***
Pendidikan dan militer memiliki sistem, tujuan dan fungsi yang berbeda. Mereka berada di bawah satu payung besar yaitu negara.
Ketika
kita berbicara masalah organisasi, ada Visi dan Misi. Mereka juga punya
sistem yang berbeda. Pendidikan punya sitem pendidikan sesuai
perkembangan usia dan tingkatan pengetahuan. Juga dengan sistim
Militerisme.
Ketika militer menjadi guru, maka bisa jadi sitem
militerlah yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar,
sementara pendidikan anak-anak punya sistemnya sendiri. Militer
berpotensi menjadikan anak Papua menjadi sama wataknya dengan militer.
Maka sudah sepantasnya, militer yang menjadi guru di Papua harus
ditolak, karena akan merusak pembentukan manusia Papua melalui sistem
pendidikan yang telah ada.
Kita harus tahu fungsi pendidikan dan
militer. Militer bukan untuk mengajar, melainkan untuk mengamankan
negara. Begitu pun dengan sistem pendidikan, bukan untuk mengamankan
Negara, melainkan mendidik seorang anak agar mampu dan memahami
nilai-nilai pendidikan, agar menjadi garam dan terang bagi sesamanya
dalam dunia modern ini.
***
Harapan dan impian tak
kunjung terealisasi melalui fakta dalam hidupku, di atas tanah air
Papua yang tercinta. Berbagai macam masalah harus kutempuh dan
kuperjuangkan. Entah itu masalah pendidikan, perekonomian, kesehatan,
dan masih ada banyak lagi.
Harapan kita ada pada anak muda Papua
yang akan mengenyam pendidikan dengan baik, melalui sistem pendidikan
yang baik, yang diajar oleh guru yang profesional, bukan oleh militer.
Pemerintah
Papua melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga baik itu Provinsi,
Kabupaten/kota dan Distrik harus menyekolahkan anak-anak Papua yang
masih menganggur dan tidak bersekolah di tanah air Papua.
Pemerintah
juga beri beasiswai mahasiswa yang akan jadi guru, agar mereka benar
menjadi guru profesional, untuk kembali ke tanah Papua, mengajar,
mencerdaskan kehidupan orang Papua. Dengan semakin banyaknya guru yang
berkualitas, maka dominasi militer dalam dunia pendidikan, khususnya
PAUD di Papua akan semakin berkurang.
Dan itu akan jadi langkah maju untuk bangsa Papua.
Penulis adalah mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta.